Komunitas HS kami (KerLiP) meminta anak-anak menyelenggarakan Lomba Foto pekerja anak
dalam upayanya ikut mengkampanyekan stop pekerja anak. Ada beberapa hal menarik yang terjadi selama anak-anak melakukan persiapan acara yang dari hasil rapat mereka memutuskan
akan dilaksanakan pada 2 Maret 2008.
Anak-anak yang kesemua pelaku HS ini berkumpul pertama kali di MP Book Point.
Usai diberi taklimat tentang bentuk acara yang diinginkan dan tujuannya, mereka kemudian
menyusun kepanitiaan. Dipilih secara aklamasi ketuanya karena kemampuan anak dan minat si anak
dalam fotografi. Lalu Raka menawarkan diri menjadi Humas karena dia merasa paling cocok
dengan posisi itu. Mereka juga menyepakati rapat akan diadakan dua kali semingu,
yaitu hari Rabo dan Jumat di Margocity Depok. Rapat pertama berjalan lancar namun komunikasi
belum terjalin. Masih banyak yang memilih diam dan mendengarkan.
Tiba saatnya haru Selasa, karena kesibukan, saya tidak bisa mendampingi mereka untuk rapat,
walhasil banyak kendala yang dihadapi ketua di hari pertama tugasnya itu. Ada anak yang datang sangat terlambat hingga terkesan menyepelekan kegiatan, sulit sekali membangun konsentrasi teman-temannya yang terdiri dari beragam usia dan tingkatan kelas. Singkatnya, dia menghadapi permasalahan organisasi
seharu-hari (ingatkan, istilah 4L, Lu lagi Lu lagi!)
Esoknya, si ketua menghubungi saya dan sambil menangis menyatakan ingin mengundurkan diri dari kepanitiaan. Saya coba bujuk dan besarkan hatinya, tapi rupanya beban yang dia bayangkan sudah begitu besar hingga saya katakan dia harus meminta kerelaan teman-temannya.
Rapat Jumat diputuskan dilakukan di rumah Zaky jadi berkumpullah kami berbondong-bondong ke sana. Ada anggota baru Farisa dan Auzan yang baru akan mempertimbangkan metode HS sebagai pilihan mereka. Timbul lagi interaksi-interaksi menarik dari anak-anak. Adanya anak baru yang masih sangat formal dan satunya sangat aktif membuat mereka harus kembali beradaptasi. Kemerdakaan yang berusaha kami berikan diuji!
Saat rapat yang kemudian molor karena anak-anak masih asyik mengeksplor teman barunya (termasuk ibunya asyik berbincang dengan teman baru heheheheeh!!!), sang Ketua menyampaikan keinginannya unuk mengundurkan diri. Saya mengatakan, teman-temannya harus bisa menghargai hak sang Ketua untuk tidak menghendaki keberadaannya di kepengurusan tapi pada sang Ketua saya juga meminta dia menghargai hak teman-temannya untuk tidak diguncang kestabilan kepengurusannya. Jadi singkatnya saya minta mereka menerapkan kemerdekaannya dengan memperhatikan kemerdekaan orang lain.
Apa yang terjadi? Akhirnya mereka bersepakat untuk mengganti Ketua dan menempatkan sang Ketua ke dalam posisi yang lebih nyaman untuknya!!! Luar biasa, sebuah win-win solution yang hebat!
Lalu dengan terjadinya pergeseran itu, anak-anak memutuskan melakukan pergeseran di posisi kepanitaan yang lain. Jadilah hari itu lebih sibuk menegosiasikan posisi dan belajar tugas-tugas dari tiap posisi. Bagaimana dengan jagoan kami si Raka? Dia tetap mantap dengan pilihannya sebagai Humas...
Rapat ditutup dengan hasil kepanitaan yang baru dan jadwal rapat diubah menjadi Senin-Kami pagi
dan bertempat di Wisma Kodel tempat kantor KerLiP agar lebih efektif.
Senin pagi kami berkumpul di Kodel. Awalnya anak-anak ribut saling memotong pembicaraan dan kadang-kadang hanya dengan maksud untuk mengganggu atau melucu. Lalu saya mengatakan sebaiknya kita belajar menghargai forum dan belajar adab berbicara di dalam forum. Mereka akhirnya memutuskan untuk memberikan denda 500 rupiah bagi mereka yang memotong pembicaraan orang atau membicarakan hal yang tidak berkaitan dengan forum. Kembali...Luar biasa!
Di sesi itu saya mencoba mengajak mereka memtuskan jenis acara yang akan dilakukan. Nah, ini kegiatan yang mereka usulkan:
1. Lomba foto dan pameran foto pekerja anak --> untuk anak-anak SMA. Saat membayangkan SMA, Adina menyatakan berapa banyak SMA yang akan kita undang, berapa banyak pesertanya? Mengingat jumlah yang luar biasa serta keterbatasan kemampuan, mereka memutuskan hanya mengundang SMA di JakSel dan dibatasi 30 SMA.
2. Seminar tentang stop pekerja anak --> usulan ini datang dari Fitri dan Raka, mengingat tujuannya adalah meningkatkan kesadaran remaja tentang keberadaan para pekerja anak ini, mereka memandang perlu untuk mengadakan seminar.
3. Bazar --> agar khalayak yang dicapai lebih besar dan mengurangi biaya konsumsi, anak-anak memutuskan diadakan bazar dimana foto-foto peserta akan dipajang di sana. Masih terjadi perdebatan tentang bentuk pentas seni yang akan digelar di bazar itu.
Rapat ditutup dengan masing-masing mendapat tugas menggali tentang pekerja anak untuk kemudian didiskusikan bersama di hari Senin.
Kamis, mulai yang datang hanya sedikit. Tapi anak-anak tetap bersemangat. Hari itu diselesaikan timeline kegiatan. Dan pembuatannya sangat merinci tanpa perdebatan yang alot, rupanya mereka punya kerangka kerja yang sama jadi tidak sulit menyatukannya. Yang menarik, mereka memilih untuk Senin berapat di Bogor, rumah teman mereka yang saat ini sedang mendapatkan musibah, ayahnya sakit. Akibatnya kedua teman mereka ini tidak bisa aktif di kegiatan komunitas. Diputuskan kami akan bertemu Senin pagi di Tamini dan berangkat bersama-sama naik bis ke Bogor.
Bagaimana proses Senin? Tunggu Selasa ya...
1 komentar:
hm... belum ada yang komentar? sayang sekali. justru ini kan ajang untuk feed back?
ini fitry. rumahkerlip juga ternyata punya blog, loh...
Posting Komentar